Friday, February 27, 2015

Hadiah Terindah

Kapan pertama kali Anda merasa menjadi orang yang paling beruntung?

Boleh lah kali ini Anda luangkan sedikit waktu sembari berbagi satu-dua keceriaan dengan menjawab satu pertanyaan di atas. Siapa tahu banyak orang terinspirasi, siapa tahu pula banyak mala rindu terobati. Anda hanya perlu luangkan sedikit waktu Anda untuk sekedar merefresh masa lalu Anda. Jika Anda mampu menjawabnya, bersyukur lah, itu berarti Anda pernah menjadi orang bahagia. Bahkan, jika Anda resapi lebih jauh, ia tidak hanya sekedar pengingat suatu peristiwa. Tidak pula ia sekedar mengenang sebuah momen spesial. Lebih dari itu, ia ibarat alarm untuk titik awal sebuah kebangkitan. Nostalgia akan sebuah kenangan yang tak terlupa dan tak ingin dilupa.

Jawab lah pertanyaan tersebut sejujur-jujurnya. Renungkan lah baik-baik, dan pilih lah satu saja di antara sekian momentum yang layak Anda sematkan kata paling sebelum kata indah.

Barangkali, di antara kita ada yang antusias menceritakan pengalamannya meraih medali emas olimpiade fisika tingkat internasional. Berkat prestasinya itu, ia mendapatkan gelontoran dana yang melimpah, dikenal seantero negeri, bahkan ditawari melanjutkan studi di luar negeri. Boleh jadi, ada juga yang mengisahkan peristiwa tak terlupakan ketika dirinya menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dari sebuah kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa. Atau kisah kepahlawanannya ketika berhasil menyelamatkan anak SD yang terseret arus sungai, dll. Sederet kisah sarat prestasi nan heroik terngiang-ngiang manis di benak masing-masing kita yang seringkali mampu menyalakan semangat yang kini mulai redup seiring bertambah usia.

Namun, di saat orang-orang sangat antusias mendemonstrasikan kenangan paling indah selama hidupnya, justru beberapa saudara kita terlihat diam, kepalanya mulai tertunduk saat pertanyaan tersebut dilontarkan. Mulutnya terkunci. Entah dari mana ia harus mulai menjawab pertanyaan yang telah membuka lembaran-lembaran masa lalunya. Hatinya ingin berontak, menumpahkan segala uneg-unegnya yang lama terpendam. Derasnya gejolak batin mengharu biru bersama dengan ekspresi bahagianya. Dari sekian kenangan, hanya satu yang menancap kuat di sanubarinya. Tiba-tiba saja matanya terpejam, dan buliran air mata mulai membasahi wajahnya. Ada apa gerangan? Mimik wajahnya mengisyaratkan ada sesuatu yang besar ingin ia ungkapkan.

Adalah sebongkah hadiah terindah dari Allah berupa hidayah telah mengubah seluruh jalan hidupnya. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru saja mengucapkan dua kalimat syahadat setelah sekian tahun menjadi pendeta. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru saja bertaubat, setelah ia habiskan hampir seluruh umurnya menyebarkan aliran sesat. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru saja melepas jabatannya sebagai manager sebuah bank demi menjauhi riba. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru pertama kali merasakan nikmatnya sholat berjamaah dan duduk di majelis ilmu. Nikmatnya mengenal jalannya orang-orang shalih. Saat itulah ia pertama kali merasa paling beruntung.

Ia lah orang yang merasa hidupnya selama ini berada dalam kesia-kesian tanpa tuntunan. Ia sadar betul kalau lah bukan karena hidayah dari Allah, siapakah yang menyelamatkannya dari kesyirikan dan ketergelinciran. Apalah artinya hidup jika jiwa kosong dari iman. Ia menyadari bahwa hidayah lebih mahal dari dunia dan seisinya. Ia juga menyadari bahwa hidayah tak ada gantinya.

Walhasil, lika-liku menjemput hidayah mampu mengingatkan betapa berharganya sebongkah hadiah terindah. Awal dari sebuah perjumpaan menuju pintu pembuka segala kenikmatan abadi. Bila kini Kau sadari, masih adakah nikmat Tuhanmu yang Kau ingkari?
___________________
Thaibah At-Thayyibah
6 Rabi’ Ats-Tsani 1436
Penulis: Ganang Prihatmoko
Artikel Muslim.Or.Id

0 komentar:

Post a Comment

Tinggalkan Komentar Disini