Kapan pertama kali Anda merasa menjadi orang yang paling beruntung?
Boleh lah kali ini Anda luangkan sedikit waktu sembari
berbagi satu-dua keceriaan dengan menjawab satu pertanyaan di atas.
Siapa tahu banyak orang terinspirasi, siapa tahu pula banyak mala rindu
terobati. Anda hanya perlu luangkan sedikit waktu Anda untuk sekedar
merefresh masa lalu Anda. Jika Anda mampu menjawabnya, bersyukur lah,
itu berarti Anda pernah menjadi orang bahagia. Bahkan, jika Anda resapi
lebih jauh, ia tidak hanya sekedar pengingat suatu peristiwa. Tidak pula
ia sekedar mengenang sebuah momen spesial. Lebih dari itu, ia ibarat
alarm untuk titik awal sebuah kebangkitan. Nostalgia akan sebuah
kenangan yang tak terlupa dan tak ingin dilupa.
Jawab lah pertanyaan tersebut sejujur-jujurnya. Renungkan
lah baik-baik, dan pilih lah satu saja di antara sekian momentum yang
layak Anda sematkan kata paling sebelum kata indah.
Barangkali, di antara kita ada yang antusias menceritakan
pengalamannya meraih medali emas olimpiade fisika tingkat internasional.
Berkat prestasinya itu, ia mendapatkan gelontoran dana yang melimpah,
dikenal seantero negeri, bahkan ditawari melanjutkan studi di luar
negeri. Boleh jadi, ada juga yang mengisahkan peristiwa tak terlupakan
ketika dirinya menjadi satu-satunya penumpang yang selamat dari sebuah
kecelakaan lalu lintas yang merenggut banyak korban jiwa. Atau kisah
kepahlawanannya ketika berhasil menyelamatkan anak SD yang terseret arus
sungai, dll. Sederet kisah sarat prestasi nan heroik terngiang-ngiang
manis di benak masing-masing kita yang seringkali mampu menyalakan
semangat yang kini mulai redup seiring bertambah usia.
Namun, di saat orang-orang sangat antusias
mendemonstrasikan kenangan paling indah selama hidupnya, justru beberapa
saudara kita terlihat diam, kepalanya mulai tertunduk saat pertanyaan
tersebut dilontarkan. Mulutnya terkunci. Entah dari mana ia harus mulai
menjawab pertanyaan yang telah membuka lembaran-lembaran masa lalunya.
Hatinya ingin berontak, menumpahkan segala uneg-unegnya yang lama
terpendam. Derasnya gejolak batin mengharu biru bersama dengan ekspresi
bahagianya. Dari sekian kenangan, hanya satu yang menancap kuat di
sanubarinya. Tiba-tiba saja matanya terpejam, dan buliran air mata mulai
membasahi wajahnya. Ada apa gerangan? Mimik wajahnya mengisyaratkan ada
sesuatu yang besar ingin ia ungkapkan.
Adalah sebongkah hadiah terindah dari Allah berupa hidayah
telah mengubah seluruh jalan hidupnya. Ia sekarang adalah orang yang
kemarin baru saja mengucapkan dua kalimat syahadat setelah sekian tahun
menjadi pendeta. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru saja
bertaubat, setelah ia habiskan hampir seluruh umurnya menyebarkan aliran
sesat. Ia sekarang adalah orang yang kemarin baru saja melepas
jabatannya sebagai manager sebuah bank demi menjauhi riba. Ia sekarang
adalah orang yang kemarin baru pertama kali merasakan nikmatnya sholat
berjamaah dan duduk di majelis ilmu. Nikmatnya mengenal jalannya
orang-orang shalih. Saat itulah ia pertama kali merasa paling beruntung.
Ia lah orang yang merasa hidupnya selama ini berada dalam
kesia-kesian tanpa tuntunan. Ia sadar betul kalau lah bukan karena
hidayah dari Allah, siapakah yang menyelamatkannya dari kesyirikan
dan ketergelinciran. Apalah artinya hidup jika jiwa kosong dari iman.
Ia menyadari bahwa hidayah lebih mahal dari dunia dan seisinya. Ia juga
menyadari bahwa hidayah tak ada gantinya.
Walhasil, lika-liku menjemput hidayah mampu mengingatkan
betapa berharganya sebongkah hadiah terindah. Awal dari sebuah
perjumpaan menuju pintu pembuka segala kenikmatan abadi. Bila kini Kau
sadari, masih adakah nikmat Tuhanmu yang Kau ingkari?
___________________
Thaibah At-Thayyibah
6 Rabi’ Ats-Tsani 1436
6 Rabi’ Ats-Tsani 1436
Penulis: Ganang Prihatmoko
Artikel Muslim.Or.Id
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Disini