إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ .
أَمَّا بَعْـدُ ..
[Segala puji bagi Allah yang hanya kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan, dan mohon keampunan. Kami berlindung kepadaNya dari kekejian diri dan kejahatan amalan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkan, dan barang siapa yang tersesat dari jalanNya maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Dan aku bersaksi bahwa tiada sembahan yang berhak disembah melainkan Allah saja, yang tiada sekutu bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hambaNya dan RasulNya]
Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang ia sangka disana ada pantai kebahagiaan, kiranya itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut, semakin jauh pula ia dari jalan kebahagiaan yang hakiki, kecuali ia surut kembali ke pangkal jalan.
Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya memcari sumber – sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.
Banyak pula menyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan berharta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya. Pergi dijemput, pulang diantar, ketika berkehendak ia tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi ! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh-kesahnya, dalam tahta yang tinggi itu terdapat jiwa yang rapuh.
Jadi, apa kebahagiaan yang sebenarnya ? Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ? Siapa sebenarnya orang yang berbahagia ? Apa sarana untuk mencapainya ?
Manusia diciptakan oleh Allah SWT, bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia, bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri.
أَلَا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ﴿١٤﴾
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan ? Dan Dia maha halus lagi maha mengetahui.
Ketika Al-Quran ditadabburi dan syariat islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah. Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah. Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan oleh-Nya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah.
Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin, karena ubudiyah kepada Allah SWT ditegakannya langit dan dibentangkannya bumi. Karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya Rasul.
Allah SWT berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴿٥٦﴾
“
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat : 56).
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Adz-Dzaariyat : 56).
Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang paling sengsara.
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ﴿١٢٤﴾
“
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 124).
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 124).
لِّنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَن يُعْرِضْ عَن ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا﴿١٧﴾
“Untuk kami beri cobaan kepada mereka dan barang siapa yang berpaling dari peringatan Rabbnya, niscaya akan dimasukan-Nya ke dalam adzab yang amat berat.” (QS. Al-Jin : 17 ).
Allah SWT telah menentukan taqdir selain-Nya. Allah SWT tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan atau kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah SWT telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang dapat mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.
Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari ? Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izin-Nya ? Kemana manusia akan hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak ditangannya ?
Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Dzat yang telah mentakdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepada-Nya akan ia peroleh kebahagiaan, dalam kepasrahan diri kepada-Nya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.
Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah jejak-jejak kasih sayang Allah SWT begitu tampak dalam taqdir kehidupannya ? Bagaimana ia tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ia suka atau yang ia benci, merupakan sarana untuk menggapai ridha dan cintanya ?
Dari mana kesedihan masuk kedalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan bersyukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa keputusasaan dan senangnya dan kesenangannya tidak membawa kesombongan dan kecongkakan.
Syaikhul islam ibnu taimiyyah ru mengungkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata “ Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ? Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, ia tetap bersamaku! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah khalwat,. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah. “
Bahkan Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang paling sempurna 'ubudiyahnya kepada Allah SWT, ketika Allah SWT telah mentakdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau Khadijah istri beliau dan Abu thalib paman beliau, Khadijah istri beliau dan Abu thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dari Mekkah.
Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita disana, sedangkan beliau seorang utusan Allah, Allah yang memiliki langit dan bumi.
Mereka telah melukai hati beliau dengan melempar batu hingga kaki beliau luka, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukai hati dan perasaannya. Belum cukup sampai disitu, malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan sendirian.
Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakan bukti penghambaan diri kepada-Nya, hal itu nampak betul dari doa yang beliau panjatkan kepada-Nya,
“Ya Allah , kepada-Mu lah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilalku, hinanya diriku dimata manusia. Wahai Dzat yang paling Pemurah! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku ? Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh ?
Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidak Peduli! Akan tetapi pengampunan-Mu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dam akhirat dari turunnya murka-Mu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencian-Mu, hanya kepada-Mu pengaduanku sampai Engkau Ridha, dan tidak ada daya dan upaya kecuali dengan-Mu.”
Al-Qur'an menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah.
Allah berfirman,
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ ﴿١﴾
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ ﴿٢﴾
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ ﴿٣﴾
وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ ﴿٤﴾
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ﴿٥﴾
إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ﴿٦﴾
فَمَنِ ابْتَغَىٰ وَرَاءَ ذٰلِكَ فَأُولٰئِكَ هُمُ الْعَادُونَ ﴿٧﴾
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ ﴿٨﴾
وَالَّذِينَ هُمْ عَلَىٰ صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ ﴿٩﴾
“sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka daam hal ini tiada tercela. Barang siapa yang mencari yang dibalik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara shalatnya.” (QS. Al-Mu'minun 1-9)
Dan Allah berfirman :
الم ﴿١﴾ ذٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٢﴾ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ ﴿٣﴾ وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ ﴿٤﴾ أُولٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ وَأُولٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴿٥﴾
Alif laam miim . Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka , Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. (QS. 2:4) Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya,dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Sebaliknya Allah menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintah-Nya atau merekalah orang yang merugi.
Allah berfirman :
قُلْ كَفَىٰ بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
“Dan orang-orang yang percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS. Al-Ankabut : 52)
الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ ﴿٢٧
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah : 27)
Tulisan Ini Disadur Dari Buku Yang Berjudul "Untukmu yang berjiwa hanif" Penulis : Ust. Armen Halim Naro , Lc Penerbit : Pustaka Darul Ilmi.
-Semoga Allah menyelimuti dengan Rahmat-Nya yang luas, dan menerangi kuburnya, serta memberkahi setiap tulisan-tulisannya-
(Beliau adalah guru yang sangat saya hormati setiap kajiannya menyentuh pori-pori qalbu)
“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.” (QS. Al-Baqarah : 27)
Tulisan Ini Disadur Dari Buku Yang Berjudul "Untukmu yang berjiwa hanif" Penulis : Ust. Armen Halim Naro , Lc Penerbit : Pustaka Darul Ilmi.
-Semoga Allah menyelimuti dengan Rahmat-Nya yang luas, dan menerangi kuburnya, serta memberkahi setiap tulisan-tulisannya-
(Beliau adalah guru yang sangat saya hormati setiap kajiannya menyentuh pori-pori qalbu)
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Disini