Wednesday, December 1, 2010

Catatan Hari Selasa 30 Nopember 2010 - Ketegaran seorang Ibu Di Balut Rasa Sayang Yang Tedalam


Sore itu selepas magrib aku bersiap menuju rumah sakit dimana terbaring saudaraku terkulay dengan mata tertutup tanpa bisa melihat orang di sekelilingnya.
Aku tancap gas kendaraan 40 Km/Jam dengan membonceng Ibunda tercinta di belakangku.
Angin malam itu terasa sangat dingin, bulan dan bintang enggan menyapaku untuk mengucapkan selamat malam di malam itu.
Setelah berjibaku dengan kendaraan di sekitar ruas jalan aku sampai ke tempat yang di tuju, ku simpan helm dan aku kunci ganda kendaraan agar tidak bisa berlari untuk shopping atau pergi ke tempat hiburan.
Berjalan aku di lorong yang di penuhi poster tentang kesehatan mencoba memberikan pesan kepada orang yang melewati lorong itu.
Aku melihat di sekitar begitu banyak teriakan dari orang-orang yang penuh kesakitan di setiap lorong kamar yang aku pijak, semakin enggan semakin iba aku untuk melanjutkan berjalan.
Ada dialog sedikt tentang perjalananku di lorong itu bersama Ibunda, kutipannya seperti ini :
Ibunda : “ Ayo kita harus lekas sampai ruangan itu”
Aku : “ aku jadi teringat nenek saat terbaring lemah disini”
Ibunda : “ Semua orang pasti merasakan apa yang sudah menjadi takdir mereka “
Aku : “ Aku tersenyum”.
Ada seorang petugas berpakaian hitam membawa sebuah benda tumpul menunjukan arah ke ruangan yang aku tuju.
Ku daki satu per satu anak tangga di belakang Ibunda tercinta, ku pegang tangannya agar bisa ku pastikan bahwa dia aman mendaki anak tangga itu.
Sesampainya aku ke ruangan itu ada seorang anak kecil menunjukan tempat terbaringnya saudaraku.
Aku masuki ruangan itu tertera di dinding Epilepsi dan gagal paru-paru, yang terdengar hanya suara nafas yang sudah begitu sesak di ruangan itu.
Ku lihat seorang ibu duduk di sampingnya mengusap keningnya dengan membaca kalimat-kalimat Allah yang menyejukan ruangan itu.
Saudarku terkapar,terdiam tak berbicara dengan selang pembawa kehidupan yang menempel di hidungnya, sesekali dia bergerak untuk memastikan bahwa Ibunya ada di sampingnya.
Termenung aku melihat keadaan yang sangat membuatku susah untuk meluapkan kata-kata,aku hanya bisa menatapnya sesekali aku pegang tangannya.
Ada sedikit percakapan Ibunda ku dengan seorang Ibu yang tegar, berikut kutipannya :
Ibunda : “ Yang sabar teh , jalannya masih panjang tidak akan samai disini untuk pergi”
Ibu : “Yah, mohon doanya untuk kesembuhannya”
Ibunda : “ Apapun yang terjadi jangan pernah berhenti untuk berdzikir dan berdoa, selain di bantu obat”
Ibu : “ menangis “
terhenyat aku melihat ketabahan seorang ibu, kasih sayangnya yang begitu luas kepada anaknya tiada batasan, hambatan, rintangan yang memutuskan rasa sayang seorang ibu terhadap anaknya.
Apapun jadinya seorang anak, apapun yang kita lakukan terhadap seorang Ibu, tidak akan pernah bisa melumpuhkan rasa sayang seorang Ibu walau nyawa sudah di tenggorokan.

0 komentar:

Post a Comment

Tinggalkan Komentar Disini