Oleh: Mamduh Farhan al-Buhairi
Saya
mengerti jika anda menganggap judul kisah ini cukup mengherankan,
tetapi kejadian yang diceritakan sesungguhnya lebih mengherankan lagi.
Kisah ini tentang perasaan yang telah mati
dan qalbu yang tidak sedikitpun mengingat hal-hal ghaib yang patut
diimani. Ini adalah kisah nyata yang terjadi beberapa tahun yang lalu di
Mesir, tepatnya di kota Kairo.
Adalah
sejumlah laki-laki muda bersaudara yang memiliki hubungan yang
harmonis, hanya saja orang tua mereka tidak mendidik mereka dalam nuansa
religius mencintai agama dan taat kepada
Allah. Dia tidak mengarahkan mereka untuk mempelajari agama ini,
sebaliknya pendidikan dan pembinaan yang diberikannya hanya berbau
materi belaka, makanan dan minuman yang enak, pakaian yang bagus,
sekolah elit, dan rumah mewah; sayang tanpa simpul agama yang
menghubungkan mereka dengan Allah subhanahu wa ta’ala.
Ayah
mereka memiliki sejumlah property berupa berbagai bangunan dan
berbidang tanah yang luas, serta sejumlah mobil pribadi. Termasuk
bangunan indah miliknya sebuah vila di bibir pantai
sungai Nil. Ini semua belum termasuk sejumlah uang yang tersimpan dalam
rekening banknya.
Kepastian
itu pun datang, sang ayah dipagut sakaratul maut. Ketika tanda-tanda
kematiannya semakin jelas, mereka, anak-anaknya itupun berkumpul di
sekelilingnya. Laki-laki kaya raya
yang sekarat itu berwasiat kepada mereka supaya saling mengasihi dan
jangan sampai terjadi pertikaian diantara mereka. Anak-anaknya pun
berjanji kepada sang ayah yang terbaring tak berdaya. Tidak berselang
berapa lama, laki-laki kaya raya itupun meninggalkan
segala kejayaannya di dunia ini, kematian menyudahi segala kenikmatan
dunia yang sesungguhnya tiada seberapa.
Anak-anaknya
pun segera menyelenggarakan kewajiban terhadap jenazah ayah mereka,
memandikan, mengafani, menyalatkan, dan akhirnya meguburkannya. Selesai
mengubur jenazah sang ayah, mereka
keluar dari kuburannya. Tiba-tiba salah seorang du antara mereka minta
izin kepada saudara-saudara serta kerabatnya yang lain untuk turun
kembali ke ruang makam untuk meyakinkan bahwa jenazah sang ayah telah
dibaringkan menghadap kiblat. Mereka pun mengizinkannya.
Perlu
diketahui bahwa pemakaman di Mesir adalah ruang bawah tanah, di situlah
jenazah dikebumikan. Cara seperti ini populer di kalangan
keluarga-keluarga kaya di Mesir.
Lima
belas menit berlalu, tetapi saudara mereka yang turun tersebut belum
juga kembali, padahal satu atau dua menit saja harusnya sudah selesai.
Mereka pun menjadi gelisah, hingga salah
seorang memutuskan untuk memeriksa ke bawah.
Begitu
sampai di bawah dia mendapatkan hal yang sangat mengejutkan. Dia
menemukan saudaranya itu telah tewas di samping jenazah ayah mereka.
Keanehan ini tidak hanya sampai disitu, karena
dia menemukan saudaranya yang tewas tersebut ternyata telah membuka
bagian atas kafan jenazah ayah mereka dan mengeluarkan tangannya dari
bungkusan kafan. Jari jenazah tersebut dilumuri tinta. Setelah mengamati
lebih teliti pahamlah dia apa yang terjadi, saudaranya
itu ternyata hendak membubuhkan cap jempol ayah mereka di selembar
kertas yang berisi akad bahwa sang ayah telah menjual vila di pinggir
sungai Nil kepadanya, tetapi sebelum niat culasnya itu kesampaian, dia
tewas di samping jenazah ayah mereka. Malaikat maut
telah mengambil nyawanya. La haula wala quata illa billahil ‘aliyil ‘azhim.
Demikianlah
qalbu-qalbu yang telah mati, pada saat yang seharusnya orang yang masih
hidup mengambil pelajaran dari jenazah yang baru diantarnya supaya
dapat mempersiapkan diri lebih
baik untuk menghadapi jika hari ini datang kepadanya, ternyata sebagian
kita yang masih hidup ini telah mati hatinya sebelum kematian menjemput,
tidak mengambil pelajaran dan ibrah dari orang-orang yang meninggal
sebelum dirinya…
Ya Allah anugerahkanlah kepada kami husnul khatimah.
(Majalah Qiblati Edisi 11 Tahun VII, Dzulqa’dah 1433 H September 2012)
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan Komentar Disini